Ketika rinai pertama turun di akhir desember, titik akhir akan penantian perjuangan enam masa. Tetes pertama yang akan membawa asa bagi jutaan orang di negeri perjuangan. Tetes pertama yang diimpikan lebih dari sekedar zamrud atau rubi. Tetes pertama yang jika tertambat di pipimu akan membuat hatinya tertambat di pelabuhan hatimu. Tetesan pertama selalu menyejukkan dan menggetarkan hati yang menunggu. Tetesan pertama yang mengajak rumput menari dan katak berceloteh tentang negeri yang hijau, dan mengejak angin berpiourett dengan indah.
Ketika rinai itu datang berkali-kali, hanya ada kejenuhan dan kebosanan. Berapa kali ia datang? Lebih banyak dari segala makhluk bahari. Banyak, sehingga kau tidak bisa membayangkan digit angka yang menyusunnya. Lebih bayak, lebih banyak rinai yang berceloteh datang. Tak bisa ditangkal ataupun diusir. Percuma memohon agar ia terlelap dan urung pergi, ia akan datang. Rinai, pergilah!
Dan kemudian rinai itu tak legi menebarkan buih kebahagiaan, hanya kesedihan dan penderitaan. Kharismanya telah turun sampai ke titik nadir, tidak ada yang menginginkannya. Ia dicaci dan dibenci, pedih! Rumput terlalu lelah menari bersama tetes itu, katak serak karena terlalu keras berkisah, dan angin telah mabuk karena terlalu banyak piourette. Hanya basah dan kelabu. Tetes itu telah berubah dari permata menjadi bencana. Bukan sepenuhnya salahnya.
Cerita tentang musim:
Kalau kemarau dan bersinar dengan terik, semua orang pasti mengeluh karena panas.
“Panas banget sih!”
“Rasanya kayak di neraka. Coba hujan, pasti seger”
“kok hujan nggak hujan-hujan ya? Padiku butuh air”
“Tanamanku pada mati kalau nggak ada hujan!”
Waktu hujan pertama turun, semuanya menyambut dengan gembira.
“Hore… Hujan!!”
“Aku bisa main hujan-hujanan!”
“tanamanku nggak akan mati”
“Hari ini pasti jadi adem and seger”
Tapi lama kelamaan……
“Kok hujan sih? Pakaianku jadi nggak kering-kering!”
“Wah, jadi harus pakai mantrol. Males ah!”
“Gara-gara hujan nggak jadi pergi sama si DIE”
“gara-gara kebanyakan hujan, sawahku banjir dan padiku mati.”
Aneh ya? Waktu panas dan nggak ada hujan, semua orang mengharapkan hujan. Tapi kalau udah hujan malah jadi pada ngutukin hujan. Ah, bener-bener disia-siakan. Malang sekali nasib Tuan Hujan.
Coba kalau kita selalu bersyukur dan nggak pernah mengeluh, hidup pasti akan lebih mudah dan indah^^
Harusnya kita berterimakasih sama Tuan Hujan,
Juga pada Allah...
3 komentar:
hohohoho,enciph,pengalamanmu kwi mesti menyiakan tuan hujan??,kasian sang hujan di siasiakan.huhuhuhu
Manusia emang tak pernah puas mumz,btul?btul?btul? =D
hujan itu berkah. hujan itu bencana. hujan itu indah. hujan itu buruk. hujan untuk hidup. hujan untuk mati.
... ra reti rep koment opo je :D
hey, gonku saiki do lek-lekan, njur aku mampir warnet.
rugi lho wingi kowe ra melu PERMATABA :D
akeh JURAGAN MERCON :D
jan e rapopo melu, luka udu halangan. sesuk meneh melu lho. GAK ADA LOE GAK SERU :D
@poni: kadang si Pon...
Padahal Tuan Hujan kan baik hati, malah kerep di sia-sia.
@tahu:
Dengkulku kan lagi diopname, nek ikut permataba teneh tambah hancur and iso-iso ra melu les suk senin..
(gak ada gw emang gak rame. whe he he)
Posting Komentar
Tulis kritik, saran, ato komentar sesuka kamu^^