Sample Text

Life is like a ferris wheel. Sometimes growin up to the sky, sometimes fallin to the ground. But no matter what happened, its always interesting to be enjoyed. Because life is never ending adventure

Rabu, 30 Desember 2009

Cerita Tentang Musim

Rabu, 30 Desember 2009

Ketika rinai pertama turun di akhir desember, titik akhir akan penantian perjuangan enam masa. Tetes pertama yang akan membawa asa bagi jutaan orang di negeri perjuangan. Tetes pertama yang diimpikan lebih dari sekedar zamrud atau rubi. Tetes pertama yang jika tertambat di pipimu akan membuat hatinya tertambat di pelabuhan hatimu. Tetesan pertama selalu menyejukkan dan menggetarkan hati yang menunggu. Tetesan pertama yang mengajak rumput menari dan katak berceloteh tentang negeri yang hijau, dan mengejak angin berpiourett dengan indah.

Ketika rinai itu datang berkali-kali, hanya ada kejenuhan dan kebosanan. Berapa kali ia datang? Lebih banyak dari segala makhluk bahari. Banyak, sehingga kau tidak bisa membayangkan digit angka yang menyusunnya. Lebih bayak, lebih banyak rinai yang berceloteh datang. Tak bisa ditangkal ataupun diusir. Percuma memohon agar ia terlelap dan urung pergi, ia akan datang. Rinai, pergilah!

Dan kemudian rinai itu tak legi menebarkan buih kebahagiaan, hanya kesedihan dan penderitaan. Kharismanya telah turun sampai ke titik nadir, tidak ada yang menginginkannya. Ia dicaci dan dibenci, pedih! Rumput terlalu lelah menari bersama tetes itu, katak serak karena terlalu keras berkisah, dan angin telah mabuk karena terlalu banyak piourette. Hanya basah dan kelabu. Tetes itu telah berubah dari permata menjadi bencana. Bukan sepenuhnya salahnya.


Cerita tentang musim:

Kalau kemarau dan bersinar dengan terik, semua orang pasti mengeluh karena panas.
“Panas banget sih!”
“Rasanya kayak di neraka. Coba hujan, pasti seger”
“kok hujan nggak hujan-hujan ya? Padiku butuh air”
“Tanamanku pada mati kalau nggak ada hujan!”

Waktu hujan pertama turun, semuanya menyambut dengan gembira.
“Hore… Hujan!!”
“Aku bisa main hujan-hujanan!”
“tanamanku nggak akan mati”
“Hari ini pasti jadi adem and seger”

Tapi lama kelamaan……
“Kok hujan sih? Pakaianku jadi nggak kering-kering!”
“Wah, jadi harus pakai mantrol. Males ah!”
“Gara-gara hujan nggak jadi pergi sama si DIE”
“gara-gara kebanyakan hujan, sawahku banjir dan padiku mati.”

Aneh ya? Waktu panas dan nggak ada hujan, semua orang mengharapkan hujan. Tapi kalau udah hujan malah jadi pada ngutukin hujan. Ah, bener-bener disia-siakan. Malang sekali nasib Tuan Hujan.
Coba kalau kita selalu bersyukur dan nggak pernah mengeluh, hidup pasti akan lebih mudah dan indah^^
Harusnya kita berterimakasih sama Tuan Hujan,
Juga pada Allah...
Klik untuk membaca lanjutannya

3 komentar

Selasa, 15 Desember 2009

Angkasa Sang Inspirator

Selasa, 15 Desember 2009


Angkasa selalu memukau Membangkitkan imaji liar setiap orang..
Tempat bersua khayal dari seluruh penjuru
surga berkumpulnya impian2 tetang keabadian

Angkasa adalah misteri

Misteri andromeda yang dipisahkan dari bimasakti
Misteri bagaimana tuhan merajut milky way
Rahasia lagu ninabobo peri fajar untuk kartika dan
berbisik lembut pada mentari 'bangunlah!'
Rahasia phoenik dan pegasus dibangunkan dari tidur panjangnya
untuk menebAr benih impian pada jiwa2 yang bertengadah

Angkasa adalah ladang menuai harapan

Kala kartika hendak bercumbu dengan pujangga
Berlari menebar butiran cahaya
Ular medusa lepas dr kepala
Mengekor di belakangnya
Bersemu kemilau
Semua orang menunggu kartika berlari melayang..

Aku yang bersua seorang diri ditepian gerbang dunia
Dia yang seorang diri di tengah lautan tinta
Dia yang seorang diri di padang kutub penuh kebekuan
Mereka yang berdua dalam kehangatan malam
Mereka yang berdua dalam tantangan kebersamaan
Aatau mereka yang bersama di padang evolusi


Semua menunggu kartika berlari
Semua mengacungkan jari
Wajah terpana takjub terpesona
Menunjuk kemilau ekor kartika
Mata2 membelalak takjub
dan pipi memerah bhagia..
Kartika selalu membawa harapan

Angkasa membangkitkan imaji kanak-kanak kita
Ada apa di balik kegelapan yang selezat kecap itu?
Apakah kegelapan itu manis seperti coklat?
Mengapa titik-titik itu berkilau, berliankah?
Mengapa benda bulat itu bersinar indah?
Apakah ia seorang dewi yang cantik?

Bercanda dalam awan empuk
berselancar dalam warni pelangi
Bermimpi diantara curahan hujan komet
Dan terbuai dalam nyayian bintang

Angkasa tempatku berasal
Dan ia tempatku kembali


PS: Great Job for Kagaya. Salut banget deh buat gambar-gambarnya yang menawan. Gambarannya tentang angkasa memang bisa membangkitkan kembali imaji anak-anakku.
Sukses selalu^^
Klik untuk membaca lanjutannya

17 komentar

MEMBUDAYAKAN BATIK MELALUI TOKOH SENTRAL MASYARAKAT

Batik, Cerminan Indonesia yang Mulai Terabaikan.

Karakter dan jiwa suatu bangsa tercemin dalam budayanya, begitu juga dengan Indonesia. Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bangsa Indonesia yang terkenal akan ramah tamahnya, dan bangsa Indonesia yang terkenal dengan kesuburan alamnya. Semua itu tercermin dalam suatu kesenian tradisional yang diwariskan secara turun temurun sejak berabad-abad tahun yang lalu, batik.

Pluralisme atau keragaman bangsa Indonesia tercermin dalam keanekaragaman jenis batik. Setiap daerah memiliki batik yang khas dan pasti berbeda dari batik daerah lain. Batik Yogyakarta yang terkenal dengan motif geometrisnya, batik Solo dengan coraknya yang tradisionil, ataupun batik Cirebon dengan motif Megamendung-nya. Kesuburan tanah Indonesia juga tertuang dalam motif-motif batik yang penuh dengan indahnya alam Indonesia.

Batik adalah sebuah kesenian yang mencerminkan “Indonesia sesungguhnya”. Ironisnya, banyak orang Indonesia yang tidak acuh, bahkan merasa gengsi mengenakan batik. Tengok saja mall-mall dan pusat perbelanjaan besar. Mayoritas produk pakaian yang ada di dalamnya adalah pakaian import yang model dan kualitasnya dianggap “lebih tinggi” daripada batik Indonesia. Sungguh ironi melihat batik yang merupakan budaya sendiri malah “terindas” oleh produk-produk import buatan luar negeri. Sungguh menyakitkan melihat anak bangsa lebih percaya diri mengenakan pakaian buatan luar negeri daripada mengenakan batik Indonesia. Bagaimanakan nasib batik bila bukan kita, orang-orang Indonesia yang melestarikannya? Kalau bukan kita, siapa lagi?

Membudayakan Batik Melalui Tokoh sentral Masyarakat

Kepedulian yang besar terhadap batik hanya muncul sesaat, yaitu ketika batik diklaim sebagai budaya Malaysia. Ribuan, ratusan ribu, atau bahkan jutaan rakyat Indonesia naik darah melihat ulah Malaysia itu. Mereka mengecam Malaysia dalam forum-forum dan menyatakan bahwa Malaysia adalah pencuri budaya. Pemerintah pun seakan kebakaran jenggot dan akhirnya mematenkan batik sebagai salah satu budaya Indonesia. Bahkan pemerintah pun menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.

Tapi lagi-lagi antusiasme yang muncul hanya sesaat. Ketika Hari Batik telah berlalu, batik pun berlalu. Beberapa bulan setelah hari batik, orang-orang mulai meninggalkan batik. Mereka yang sebelumnya bangga mengenakan batik, mulai melepas batiknya dan menggantinya dengan pakaian kebanggaan yang semula. Batik seolah hanya menjadi trend sesaat. Seharunya batik menjadi pakaian kebesaran dan pakaian kebanggaa bagi setiap orang, setiap saat, dan setiap waktu.

Bagaimanakah cara efektif untuk melestarikan batik?

Cara efektif untuk melestarikan dan “membudayakan” batik di seluruh kalangan masyarakat Indonesia adalah melalui teladan dari tokoh sentral masyarakat. Mengapa kita memilih tokoh sentral masyarakat sebagai tonggak untuk membudayakan batik? Karena tokoh sentral masyarakat adalah tokoh-tokoh yang dikagumi, dipuja, diidolakan, dan cendenrung ditiru oleh masyarakat. Tokoh sentral masyarakat yang popularitasnya menyeluruh di kalangan masyarakat luas adalah artist.

Artist adalah seorang pemeran seni akting di layar kaca televise. Setiap penampilannya disaksikan berjuta-juta umat Indonesia. Dari Sabang hingga Merauke, mulai dari anak-anak sampai orang tua, tidak ada yang merasa asing dengan televisi. Pantaslah jika seorang artist atau seorang selebriti selalu menjadi sorotan dan sentral masyarakat. Bayangkan jika para artist Indonesia mengenakan batik saat memaikan sebuah seni peran, bayangkan jika para artist memakai batik dalam setiap iklan yang ia bintangi, atau bayangkan jika seorang pembaca berita memakai batik saat membacakan jurnal terbaru.

Ribuan masyarakat Indonesia akan terkesima, takjub, dan menjadi tertarik untuk mengenakan batik. Bagaimana tidak, saat kita melihat seseorang yang kita idolakan, kita akan cenderung untuk mengimitasi segala hal dari prang tersebut. Mulai dari pakaian sampai gaya rambut. Jadi, jika sang idola mengenakan batik, kita pun pasti tertarik mengenakan batik.

Membudayakan batik di kalangan masyarakat Indonesia melalau teladan atau contoh dari tokoh sentral masyarakat sangat tepat dilakukan karena pengaruhnya akan meluas secara signifikan. Namun selain itu, kita juga harus lebih meningkatkan kualitas batik dalam negeri agar tidak kalah dengan pakaian import.
Mari kita lestarikan budaya Indonesia!
Klik untuk membaca lanjutannya

5 komentar

Minggu, 13 Desember 2009

Ramadhan, Bulan Pengobat yang Rusak

Minggu, 13 Desember 2009
“…Ketika habis ramadhan, hamba cemas kalau tak sampai umur hamba di tahun depan, berilah hamba kesempatan…
…Alangkah nikmat ibadah bulan ramadhan, seluruhnya sekaum senegara. Kaum muslimin dan muslimat sedunia seluruhnya dipersatukan dalam memohon ridha-Mu.”

Cuplikan nasyid “Rindu Ramadhan” yang disenandungkan oleh Bimbo itu tidak berlebih dalam menggambarkan kegungan bulan Ramadhan, bulan penuh hikmah yang selalu dinanti kedatangannya. Setiap Bulan Ramadhan telah usai akan muncul rasa cemas dalam setiap hati seorang insan. Apakah tahun depan saya masih bisa bersua dengan Bulan Ramadahan? Alasan yang menyebabkan rasa rindu itu datang bagi setiap orang berbeda-beda. Ada sebagian orang yang merindukan Ramadhan karena bulan itu adalah bulan bagi mereka untuk mencari pahala sebanyak-banyaknya. Ada juga yang menganggap bulan itu adalah bulan yang tepat bagi mereka untuk lebih mendekatkan diri pada Allah. Ada juga yang menganggap bahwa Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk mengahapus dosa-dosa yang telah dilakukan selama setahun ini.
Apapun alasannya, bulan Ramadhan selalu dirindukan setiap Muslim di dunia ini. Tidak dipungkiri lagi, Ramadhan membawa berjuta hikmah dan fadhilah bagi kita semua. Namun, apakah Ramadhan hanya sekedar bulan penghapus dosa? Bulan yang tepat untuk memohon ampun dan menambah amal?

Tidak. Ramadhan menyimpan sejuta pesona dan kebahagiaan. Bulan penuh keajaiban, ketika energi-energi kebahagiaan meluap. Ketika anak-anak mnyunggingkan senyum terlebar mereka untuk pergi ke masjid. Ketika energy-energi positif muncul, membuat kita yang biasanya makan setiap hari sanggup bertahan hanya dengan makan di malam hari.

Hal paling dekat yang bisa kita amati perubahannya pada bulan Ramadhan adalah pada keluarga. Dewasa ini mayoritas keluarga di Indonesia hidup dalam keadaan kekurangharmonisan. Hal tersebut karena orang tua terlalu sibuk bekerja, mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Tujuan mereka semula mulia, untuk membahagiakan keluarganya, anak-anaknya. Namun seiiring dengan kesibukan itu adakalanya anak menjadi kurang diperhatikan. Bahkan, terkadang anak mengenali sosok ayah dan ibunya sebagai sosok “asing” yang tinggal bersama mereka. Sedikitnya waktu luang yang diberikan ayah bunda untuk sekedar bercengkrama atau makan bersama dengan buah hati menyebabkan ikatak batin mereka kurang kuat.

Namun hal tersebut bisa terobati dengan datangnya bulan Ramadhan. Kala Ramadhan tiba, keluarga-keluarga yang sebelumnya kurang harmonis menjadi lebih harmonis. Kala Ramadhan tiba, para anggota keluarga yang sebelumnya jarang bertemu menjadi lebih sering bertemu. Event-event kecil yang membahagiakan seperti buka bersama, sahur bersama, atau berangkat Tarawih bersama menjadikan setahun yang penuh keasingan menjadi cair.

Keluarga yang jarang makan bersama menjadi lebih sering makan bersama, saat berbuka ataupun sahur. Walaupun hanya makan bersama, namun hal itu dapat mempengaruhi ikatan batin antaranggota keluarga. Bagaiman ketika orang tua bercakap-cakap dengan anaknya, bagaimana ketika mereka bercanda dengan buah hatinya. Anak tidak lagi mengenal orang tua mereka sebagai sosok asing yang tinggal bersama mereka, namun menjadi sosok penyayang yang selalu ada untuk melepas hati yang dahaga kasih sayang.

Ramadhan juga memberikan efek positif pada lingkungan sosial anak-anak. Di era globalisasi ini, dunia anak dipenuhi dengan berbagai macam mainan dan aktivitas yang menggiurkan. Playsstation, game, komputer, dan internet membuat anak-anak lebih suka bermain sendiri di rumah dari pada bermain bersama teman-teman sebayanya. Pesona permainan-permainan modern itu telah menjauhkan seorang anak dari dunianya yang seharusnya. Dunia masa kanak-kanak yang dipenuhi tawa, canda, kebersamaan, dan persaingan antarkawan. Dunia yang seharusnya belum terkotori oleh noda teknologi.

Namun sekali lagi, Ramadhan dapat menyembuhkan dan mengembalikan kondisi itu seperti semula. Anak-anak yang sebelumnya jarang bertemu karena kesibukan masing-masing menjadi sering bertemu kembali. Anak-anak yang sebelumnya tidak pernah bertegur sapa karena tidak saling kenal menjadi kenal, bahkan akrab. Anak-anak yang sebelumnya tidak pernah bercakap-cakap padahal mereka tinggal berdektatan menjadi sering bercakap-cakap, bahkan bercanda bersama.

Satu hal yang dinantikan anak-anak pada saat Ramadhan tiba yaitu sebuah event buka bersama di masjid atau “ta’jilan”. Karena suasana kebersamaan yang kental, walaupun makanan yang disajikan tergolong biasa saja, setiap anak pasti merasakan rasa lezat di lidah. Rasa itu tidak akan mereka dapati ketika memakan makanan itu sendiri di rumah. Bahkan rasa itu tidak akan mereka dapati walaupun si anak memakan masakan buatan chef-chef terkenal sekalipun.

Saat berta’jil, anak-anak akan berbondong-bondong, besama-sama pergi ke masjid. Saat itu benih-benih persahabatan yang baru pun akan muncul. Diawali dari berangkat ke masjid bersama, akan berkembang menjadi persahabatan yang tak terpisahkan. Di masjid, anak-anak akan bertemu dengan kawan-kawan sebayanya yang lain. Puluhan anak yang memiliki jiwa yang sama, rasa keingitahuan yang sama, keinginan yang sama, dan alam pikiran yang sama. Tidak seperti mainan-mainan modern yang menghipnotis otak mereka sesaat tetapi tidak bisa diajak berbagi.

Pesona Ramadhan juga dirasakan oleh mereka yang mengalami sakit atau gangguan pada oragan pencernaan. Percernaan mereka yang terganggu karena pola makan yang kurang sehat menjadi “terobati” oleh Ramadhan. Itu disebabkan karena puasa menyababkan pola makan kita menjadi teratur, berbuka hanya setelah senja dan sahur hanya sebelum fajar tiba. Selain itu, lambung yang setiap kali bekerja keras mendapat waktu beristirahat yang lebih saat Ramadhan.

Tidak hanya jiwa manusia yang mendapat curahan kebahagiaan saat Ramadhan tiba, namun juga oragn-organ tubuh, lingkungan, bahkan seluruh alam. Sekiranya Ramadhan memang bulan besar yang penuh hikmah. Bulan agung yang penuh kebahagiaan. Tidak salah jika kita menyebut Ramadhan sebagai “Bulan dari Segala Bulan”.
Seandainya jika setiap bulan adalah Ramadhan….

Mungkin kalimat itu pernah terbesit dalam pikiran kita. Seandainya setiap bulan adalah Ramdahan, maka setiap tahun kita akan mengalami kebahagiaan. Keluarga-keluarga kurang harmonis akan hilang digantikanoleh keluarga yang selalu bersama setiap saat. Anak-anak akan selalu bercengkrama bersama kawannya, tidak akan ada lagi anak-anak yang kesepian. Setiap orang yang mengalami gangguan pencernaan pasti akan sembuh. Dan seluruh alam akan berbahagia sepanjang tahun, betapa indahnya.

Tidak. Ramadhan istimewa karena ia hanya datang satu kali dalam setahun. Ramadhan istimewa karena ia telah ditakdirkan oleh Allah menjadi bulan yang istimewa. Jika setiap bulan menjadi bulan Ramadhan, maka Ramadhan akan menjadi tidak berbeda dengan bulan-bulan lain. Karena itulah Ramadhan yang datang sekali setahun dan memberikan sejutan manfaat bagi kita semua. Ramadhan tetaplah bulan yang istimewa.




Klik untuk membaca lanjutannya

2 komentar

Jumat, 11 Desember 2009

BLT, EFEKTIFKAH?

Jumat, 11 Desember 2009
Krisis ekonomi tahun 1998 adalah sebuah tragedi yang menakutkan bagi bangsa Indonesia. Kestabilan perekonomian nasional yang telah susah payah dibangun sejak awal kemerdekaan dan hampir mencapai titik kulminasi kesejahteraan nasional, terpaksa jatuh pada tahun itu. Pemerintahan Suharto lah yang hampir membawa kestabilan perekonomian nasional menjuju titik kulminasi. Ironisnya, rezimnya pula yang menyebabkan krisis itu terjadi. Dolar yang terus merangkak naik, inflasi yang tak terkendali, dan membengkaknya hutang negara membuat pertumuhan ekonomi Indonesia saat itu seaakan hampir mati. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk memulihkan kembali keadaan perekonomian di Indonesia. Pemerintah mengambil kebijakan-kebijakan baru untuk terus menekan inflasi. Namun hingga kini, perekonomian Indonesia tak lagi sehebat dulu. Mayoritas rakyat Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan dan berdaya beli rendah.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah guna meningkatkan daya beli masyarakat miskin adalah dengan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Program ini mulai dijalankan sejak 24 Mei 2008 mengikuti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Dengan BLT pemerintah berharap dapat menolong masyarakat miskin menghadapi krisis kenaikan BBM yang diikuti kenaikan harga barang-barang lain. Dana negara sebesar 13 triliun telah dipersiapkan untuk membantu 19,1 juta keluarga miskin di berbagai daerah di Indonesia. BLT diberikan berupa uang kontan sejumlah Rp.100.000,00 perbulan. Jika ditinjau secara sederhana, tampaknya BLT akan berhasil meningkatkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat. Namun jika ditinjau lebih dalam lagi, apakah program BLT benar-benar efektif untuk meningkatkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat?

Anggapan bahwa pemberian bantuan secara cuma-cuma akan sangat membantu bukanlah anggapan yang selalu benar. Bantuan bukanlah hal yang bersifat mutlak membantu, namun relatif. Ada kalanya bantuan akan sangat membantu, dan ada kalanya bantuan hanya akan memanjakan pola hidup. BLT yang diberikan berupa uang tunai secara cuma-cuma akan sangat berdampak pada pola hidup masyrakat. Uang tunai yang diberikan setiap bulan tanpa harus bekerja, hanya dengan sebuah surat keterangan tidak mampu yang kebenarannya dapat dimanupulasi.

Pada awalnya, BLT yang diberikan akan membantu masyarakat yang benar-benar tidak mampu. Mereka menjadi bisa membeli kebutuhan sehari-hari dan merasa sangat tertolong. Namun, pemberian BLT secara terus menerus dan rutin juga akan memanjakan pola hidup masyarakat. Masyarakat menjadi terbiasa mendapat uang tanpa harus bersusah payah. Mereka menjadi malas bekerja, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka hanya dengan mengandalkan BLT saja sebagai sumber pendapatan. Bukannya menciptakan kemakmuran, bantuan secara langsung dan cuma-cuma hanya akan menciptakan generasi masyarakat yang malas bekerja dan malas berusaha.

Terbiasa mendapat keberuntungan dan kemudahan juga akan mengerdilkan pola pikir masyarakat. Pada umumnya dalam keadaan kritis, seseorang akan menggunakan pikirannya semaksimal mungkin untuk menciptakan jalan keluar dari jerat yang membelenggunya. Artinya, masyarakat akan menggunakan potensi yang mereka miliki semaksimal mungkin untuk menciptakan kreasi baru dan inovasi untuk dapat keluar dari peliknya permasalahan ekonomi yang mereka hadapi. Namun dengan BLT, masyarakat menjadi terbiasa hidup dengan menunggu uluran tangan dari orang lain. Dan akhirnya hanya berdiam diri di rumah, malas bekerja, dan menunggu datangnya jatah BLT bulan depan. Sungguh memilukan.

Bantuan tidak selalu membawa kebahagiaan, bahkan terkadang membawa kericuhan. Fakta yang terjadi, banyak aparat desa yang mengeluhkan tentang adanya BLT karena mereka harus bekerja lebih keras untuk mendata keluarga-keluarga prasejahtera yang pantas untuk mendapatkannya. Selain itu mereka juga mengeluhkan kemarahan warga yang sering terjadi karena kurang adilnya kinerja aparat desa untuk memutuskan keluarga mana yang berhak mendapat BLT. Kadang ada keluarga prasejahtera yang tidak mendapat BLT sedang di sisi lain tetangganya yang kaya mendapatkannya.

Pada praktiknya BLT kurang tepat diterapkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. BLT hanya akan membuat masyarakat manja terhadap bantuan, mendangkalkan daya kreativitas, dan menimbulkan kericuhan. Lantas upaya apakah yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat? Jawabannya adalah dengan berwirausaha atau enterpreneurship. Pemerintah dapat mendirikan industri-industri kecil yang kemudian diserahkan kepada masyarakat untuk dikelola. Selain memupuk pribadi yang gigih dan tekun bekeja, berwirausaha juga akan meningkatkan daya kreativitas masyarakat untuk mengembagkan industri mereka. Laba penghasilan dapat digunakan untuk menggaji karyawan, dan sisanya untuk mengembangkan industri tersebut. Selain meningkatkan daya saing masyarakat, industri-industri kecil ini juga akan menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.

Memberi bantuan secara cuma-cuma bukanlah solusi yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan. Memberikan dorongan kecil dan membiarkan masyarakat mengupayakannya sendiri akan lebih berhasil guna dan berdaya guna.





Klik untuk membaca lanjutannya

7 komentar

Sabtu, 05 Desember 2009

SEBERKAS SINAR DALAM CANTING MUDA

Sabtu, 05 Desember 2009
Batik, sebuah kesenian yang telah muncul berabad-abad tahun lalu. Kesenian menorehkan motif-motif geometris ataupun motif-motif naturalstik pada selembar kain dengan menggunakan canting. Kesenian yang mengungkapkan kekayaan budaya Indonesia. Kesenian yang mengungkapkan keluhuran nenek moyang bangsa Indonesia. Kesenian yang menggambarkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa dengan rasa estetika yang tinggi.

Batik, budaya agung Indonesia yang mulai dilupakan. Budaya Indonesia yang fenomenal karena diperebutkan dua negara. Budaya yang kini mulai “dipeluk” kembali.


******

Pagi itu suasana kelas masih sepi. Hanya terdengar beberapa siswa yang berbisik-bisik mengenai ulangan Bahasa Inggris minggu lalu. Sang Guru pun sedang duduk di singgasananya, menyiapkan materi pembelajaran hari ini.

Namun tiba-tiba saja suasana kelas yang tadinya hening menjadi heboh karena kedatangan seorang siswa. Ia terlambat masuk sekolah! Tapi bukan itu yang membuat kawan-kawannya heboh. Yang membuat mereka semua heboh adalah pakaian yang dikenakan siswa itu. Ia tidak memakai seragam identitasnya yang berwarna coklat khaki, ia malah memakai sebuah atasan batik. Padahal peraturan sekolah jelas-jelas melarang siswanya untuk menanggalkan “pakaian kebesaran siswa” atau seragam.

“You late!” kata Sang Guru. Si murid meminta maaf dengan pasrah diantara sorakan teman-temannya.

“Sudah terlambat, tidak memakai seragam lagi!” celetuk salah satu temannya.

“Maaf, Bu. Saya akan ganti baju.” kata siswa yang terlambat itu.

“It’s okay.” kata Sang Guru. “Tidak apa-apa kamu memakai batik. Di Bantul, yang diwajiban menggunakan batik saat hari batik memang hanya pegawai saja, sedang siswa tidak. Tapi kalau kamu mau pakai boleh. Bagus sekali kalau kamu mau berpartisipasi di Hari Batik Nasional ini.”

Semua siswa terdiam, mengagumi kebijaksanaan Sang Guru.

“Jadi kalian yang membawa batik, sekarang boleh ganti baju. Dipakai saja tidak apa-apa. Tidak usah takut, toh Pak Presiden yang menganjurkan. Batik kan budaya kita, ita memang harus mendukung dan melestarikannya, isn’t it?”
******

Setiap tanggal 2 Oktober seluruh lapisan masyarakat Indonesia akan merayakan Hari Batik. Pada hari itu, seluruh pegawai negeri diwajibkan untuk mengenakan pakaian batik. Bahkan pelajar di beberapa daerah pun diwajibkan untuk mengenakan batik.

Antusiasme yang sangat besar muncul di kalangan pelajar. Kalangan muda memang mempunyai semangat yang tinggi untuk turut serta dalam pembelaan budaya bangsa. Mulai dari masa penjajahan hingga masa kini, pemuda selalu menjadi tonggak perjuangan bangsa Indonesia. Jadi, tak salah jika kita membebankan perjuangan untuk melesarikan batik pada kalangan pemuda.

Para remaja dan para pemuda adalah kalangan yang tepat untuk dijadikan tonggak perjuangan untuk melestarikan batik. Dengan semangat jiwa muda yang berkobar, tak salah jika mereka disebut “canting muda” yang akan melambungkan kembali kejayaan batik. Para “canting muda” diharapkan lebih bangga memakai batik daripada memakai pakaian import. Namun kenyataannya, kaum muda justru menghindari memakai batik.

Selama ini batik identik dengan kesan formal dan “tua”. Hal tersebut karena batik biasa digunakan oleh prang-orang tua dalam acara-acara formal. Sehingga kalangan muda mengira jika mereka mengenakan batik akan tampak tua. Itulah mengapa kaum muda agak menghindari batik. Alasan lain mengapa kaum muda cenderung menghindari batik adalah karena modelnya yang monoton.

Dengan lebih memvariasikan model pakaian pada batik, diharap kaum muda lebih menyukai batik. Kalangan remaja umumnya menyukai model pakaian yang simple tapi tampak menarik. Jadi, sebaiknya para produsen pakaian batik tidak perlu ragu-ragu untuk membuat model batik sekreatif mungkin. Bahkan jika memungkinkan, para produsen bisa membuat aneka pernak-pernik manis dari batik. Misalnya saja tempat pensil dan hiasan dinding. Dengan demikian, kalangan muda akan lebih tertarik pada batik.
Klik untuk membaca lanjutannya

4 komentar