Tulisan
ini diikutkan pada 8 Minggu
Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketiga.
Ketika kita
terjebak masuk ke dunia yang salah, maka hilanglah segala passion, harapan,
impian, dan cita yang dulu pernah terukir dalam benak memori. Impian yang
dahulu telah disemat dan disulam dengan indah, terpaksa luluh lebur seiring
waktu. Ketika memasuki lorong-lorong dunia baru yang sungguh berbeda, tanpa
panutan, maka hilanglah sudah pribadi yang dulunya telah terbentuk tertempa
betahun-tahun.
Saya
mengalaminya. Tanpa sengaja, saya memasuki dunia baru. Namun, bukan dunia yang
saya impikan sejak kecil. Dunia ini sungguh berbeda, seolah berbalik memutar
180 derajat.
Saya selalu
ingin menjadi seorang peneliti, seorang ilmuan yang berkecimpung di dunia
sains. Namun ternyata jalan takdir saya berbeda. Saya diterima di sebuah
perguruan tinggi kedinasan yang cukup ternama di Indonesia, STAN atau Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara. Namun sayang, kampus yang tersohor tersebut bergerak
bukan dalam bidang yang saya impikan.
Dan
menguaplah semua impian yang dulu pernah saya lukis. Seolah kehilangan
pegangan, saya menjadi seorang yang mengikuti arus: terombang ambing ke sana ke
mari tanpa benar-benar mengerti apa yang akan dilakukan di masa yang akan
datang.
Untunglah,
ada sesosok wanita yang sangat menginspirasi saya. Sosoknya yang bijak dan
cerdas mampu menghadirkan kembali impian-impian yang meluntur tergerus keadaan.
Dulu, ia sangat dekat dengan kampus tempat saya berada. Beberapa kali ia hadir
di acara kampus dan menjadi motivator sekaligus inspirator. Beberapa kali juga
wajahnya menghiasi sampul depan tabloid kampus. Beruntunglah wisudawan yang
prosesi wisudanya sempat dihadiri beliau.
Ia adalah
Klik untuk membaca lanjutannya