Jawaban.com |
Sebanyak 600.000 pengunjung asing diperkirakan
akan menyemarakkan ajang akbar Piala Dunia 2014 di Brasil. Jumlah itu belum
termasuk tiga juta warga Brasil yang merupakan penggemar bola. Di balik
perhelatan besar itu, terselip sekelumit kisah lara dari anak-anak pekerja
seks.
"Patut disayangkan, beberapa orang menggunakan kesempatan ini untuk melakukan eksploitasi seksual pada anak-anak. Padahal, membayar siapapun yang berusia 17 tahun ke bawah merupakan tindakan ilegal," ujar Gary Lineker, pesepak bola asal Inggris.
Fortaleza, salah satu kota tempat Piala Dunia akan dilangsungkan, diduga akan menjadi lokasi pariwisata seks anak.
Bruna, misalnya. Bocah itu usianya baru 12 tahun ketika pertama kali mencicipi kehidupan pelacuran di jalanan. Kata bocah itu, awalnya ia tidak ingin terlibat pelacuran. Namun kemudian pengaruh kokain memaksanya untuk terjun ke dunia kelam itu.
"Tiba waktu ketika saya harus melakukannya, itu pilihan terakhir saya. Saya pergi ke sebuah motel bersama seorang pria berusia 47 tahun dan dibayar 20 reais (99.000 rupiah)," ujar Bruna mengisahkan pengalaman pertamanya.
Usia Bruna kini telah menginjak 15 tahun dan ia tengah hamil delapan bulan. Beruntung ia bisa tinggal di tempat yang layak, di sebuah ruangan kecil nan rapi di rumah saudarinya.
Juni lalu selama Konfederasi Piala Dunia dilangsungkan, para PSK cilik dan anak-anak jalanan telah disapu bersih oleh pihak kepolisian. Anak-anak tersebut dibawa ke sebuah penampungan di luar kota. Namun kemudian, anak-anak itu kembali dilepaskan.
Penjaja seks cilik yang lain di Fortaleza, Jucileide,
pertama kali terjun ke dunia prostitusi saat usianya masih 13 tahun.
"Saya adalah seorang perempuan panggilan. Saya baru 13 tahun ketika memulainya," ujarnya. Awalnya ibu gadis itu yang merupakan tunakarya tidak mengetahui apa yang dilakukan putrinya.
"Ketika ia mengetahuinya, saya telah berusia 15 tahun. Ia menangis meminta saya untuk berhenti. Tetapi saya jawab 'bu, itu cara mudah mendapat uang.'" Demikian tutur Jucileide, seperti dikutip dari CNN pada Jumat (4/4/2014).
Beruntung Jucileide yang kini berusia 21 tahun dapat menjalani kehidupan normal. Sebuah lembaga nonprofit, Vira Vida, memberi pendidikan dan pelatihan kerja untuk dirinya dan para korban eksploitasi seksual lain. Gadis-gadis itu kemudian beralih profesi menjadi koki, penata rambut, dan teknisi komputer. Sedang Jucileide, ia bekerja sebagai karyawan magang di sebuah bank.
Banyak pekerja seks di Fortaleza terlihat seperti remaja. Tetapi para pakar mengatakan, sebenarnya anak-anak itu kerap menggunakan identitas palsu.
Dua orang bocah, misalnya, mengaku berusia 16 dan 17. Padahal mereka terlihat jauh, jauh, lebih muda. Ketika diwawancara, mereka berbicara sangat lirih.
"Saya telah melakukannya selama dua bulan," tutur si bocah. Bocah yang lain menambahkan, "Kami menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang yang kami butuhkan, pakaian, dan peralatan sekolah."
Yang patut disayangkan, anak-anak tersebut menjual diri tanpa memiliki pelindung atau mucikari. Alhasil ketika ada klien yang menolak membayar, anak-anak tersebut tidak bisa berbuat apapun.
"Saya adalah seorang perempuan panggilan. Saya baru 13 tahun ketika memulainya," ujarnya. Awalnya ibu gadis itu yang merupakan tunakarya tidak mengetahui apa yang dilakukan putrinya.
"Ketika ia mengetahuinya, saya telah berusia 15 tahun. Ia menangis meminta saya untuk berhenti. Tetapi saya jawab 'bu, itu cara mudah mendapat uang.'" Demikian tutur Jucileide, seperti dikutip dari CNN pada Jumat (4/4/2014).
Beruntung Jucileide yang kini berusia 21 tahun dapat menjalani kehidupan normal. Sebuah lembaga nonprofit, Vira Vida, memberi pendidikan dan pelatihan kerja untuk dirinya dan para korban eksploitasi seksual lain. Gadis-gadis itu kemudian beralih profesi menjadi koki, penata rambut, dan teknisi komputer. Sedang Jucileide, ia bekerja sebagai karyawan magang di sebuah bank.
Banyak pekerja seks di Fortaleza terlihat seperti remaja. Tetapi para pakar mengatakan, sebenarnya anak-anak itu kerap menggunakan identitas palsu.
Dua orang bocah, misalnya, mengaku berusia 16 dan 17. Padahal mereka terlihat jauh, jauh, lebih muda. Ketika diwawancara, mereka berbicara sangat lirih.
"Saya telah melakukannya selama dua bulan," tutur si bocah. Bocah yang lain menambahkan, "Kami menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang yang kami butuhkan, pakaian, dan peralatan sekolah."
Yang patut disayangkan, anak-anak tersebut menjual diri tanpa memiliki pelindung atau mucikari. Alhasil ketika ada klien yang menolak membayar, anak-anak tersebut tidak bisa berbuat apapun.
sumber: detikhealth
0 komentar:
Posting Komentar
Tulis kritik, saran, ato komentar sesuka kamu^^