Tulisan ini
diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama
Anging Mammiri, minggu kedua, yang bertajuk Local Taste.
Kali ini
saya akan membahas mengenai mahanan unik yang berasal dari Kota Gudeg, Jogja.
Selama ini kota Jogja khas dengan bakpia dan gudegnya. Padahal, masih banyak
kuliner lain yang, menurut saya, sangat unik dan kreatif. Namun, sebelumnya,
mari kita mengingat kembali tentang gudeg dan bakpia.
Jika
biasanya sayur mempunyai rasa yang gurih atau segar, maka lain halnya dengan gudeg.
Sayur ini memiliki rasa yang manis! Berasal dari Wijilan, sebuah kampung yang
terletak di Timur Alun-Alun Yogyakarta, sayur ini terbuat dari gori (nangka muda). Gudeg biasa
dinikmati bersama endog abang (telur
merah) dan krecek.
Selain gudeg,
nama bakpia telah melegenda sebagai makanan khas Jogja. Bakpia sendiri adalah
kue berisi kacang hijau, dapat berupa kue basah maupun kering. Bakpia berasal
dari daerah Pathuk, Jogja, oleh karena itu, yang paling tersohor adalah Bakpia
Pathuk.
Menyoal Local
taste Jogja, sepertinya manis merupakan
penggambaran yang tepat.
Mengapa?
Tidak
hanya makanan khasnya yang mayoritas mempunyai rasa manis—bakpia, yangko,
geplak, gudeg, namun keramah tamahan warganya pun turut menggambarkan rasa manis
Jogja. Jika semisal pembaca sekalian sedang berjalan-jalan di Jogja dan
disorientasi arah, maka tak perlu khawatir. Bertanyalah, maka warga Jogja yang
ditemui dengan senang hati akan memberi petunjuk jalan.
Namun,
hati-hati. Warga Jogja acap kali memberi prtunjuk dalam arah mata angin!
Pelancong: maaf, Stasiun tugu di mana ya?
Warga: Oh, dekat kok. *sambil tersenyum* dari sini hanya berjalan ke arah Utara. Kemudian agak ke Barat sedikit, di situ pintu masuk Stasiun Tugu.
Nah lo!
Bagi pelancong yang buta arah, pasti bingung dengan petunjuk itu. Saya sendiri
termasuk orang yang sering memberikan petunjuk jalan dengan menggunakan arah,
jarang menggunakan petunjuk berupa kanan dan kiri. Entah, mungkin, karena sudah
terbiasa sejak kecil...
Kembali
menyoal makanan khas Jogja yang aneh dan unik. Pernah mendengar tentang minuman
sampah? Kopi yang diberi bara arang? Rempeyek dari belalang? Atau nasi kucing?
*****
Wedang Uwuh
Kuliner yang paling unik dari Jogja yaitu wedang uwuh. Dalam Bahasa Jawa, "wedang" berarti minuman, dan "uwuh" berarti sampah. Apakah minuman ini terbuat dari sampah? Yuk mari menyimak keterangan saya :D
Menurut saya, wedang uwuh adalah salah satu minuman yang pantas mendapat gelar sebagai minuman paling unik dan kreatif. “Uwuh” yang berarti sampah kerap membuat nama minuman ini disalahtafsirkan. Karena minuman ini tidak terbuat dari sampah. Minuman yang berasal dari daerah Imogiri, Yogyakarta ini, terbuat dari bahan-bahan berupa campuran jahe, secang, cengkeh, kayu manis, pala dan daun pala, sereh, kapulogo, dan gula batu sebagai pemanis.
Penampakan Wedang Uwuh |
Karena dibuat dari rempah-rempah yang beraneka ragam dan bercampur aduk jadi satu hingga menyerupai uwuh di halaman, maka minuman ini dinamai wedang uwuh. Memang sih, terlihat berantakan dan semrawut ketika di dalam gelas. Namun di situlah letak estetikanya. Perpaduan dari beraneka macam bahan, dengan warna merah (yang berasal dari secang) sebagai penghiasnya menciptakan kombinasi yang unik.
Rasanya? Hangat dan ternyata menyehatkan. Komposisinya yang terbuat dari beraneka rempah membuat minuman ini memiliki banyak manfaat kesehatan. Wedang uwuh ternyata mempunyai khasiat sebagai aroma terapi. Ia juga dapat mengatasi lelah, memulihkan stamina, dan kaya anti oksidan.
Sego Kucing
Kuliner unik kedua yaitu nasi kucing. Pernah
menyantap nasi kucing? Apakah nasi ini menggunakan daging kucing sebagai lauk?
Tentu saja tidak....
Dalam bahasa
Jawa, sego kucing berarti nasi kucing. Yakni nasi bungkus berisi nasi dalam
porsi kecil yang dilengkapi sayur berupa oseng tempe dan teri. Porsi kecil
inilah membuatnya dinamai “nasi kucing”, karena hanya secuil seperti porsi
kucing. Harga nasi kucing ini pun sangat ramah di kantong, cocok untuk mahasiswa maupun pencinta wisata kuliner yang
ingin mencoba segala kuliner daerah. Di Jogja, harganya berkisar antara 750
hingga 1500, namum biasanya 1000 rupiah.
Tapi, ya,
karena porsinya yang mini, perlu lebih dari satu bungkus agar kenyang. Saya saja biasa melahap 2 hingga 3 bungkus nasi kucing ini :D
Nasi Kucing
dapat dijumpai dengan mudah di angkringan-angkringan, yakni warung berupa tenda
yang biasanya terletak di tepi jalan. Angkringan ini mudah dijumpai dan bertebaran
di seantero Jogja.
Sebagai
pelengkap kenikmatan nasi kucing, pembeli dapat membeli lauk tambahan semisal ceker
ayam, endas (kepala ayam), sate telur puyuh, atau hati. Di
angkringan biasanya juga tersedia gorengan semisal mendoan, tahu susur, ataupun
tempe bacem, yang juga dijadikan sebagai pelengkap nasi kucing. Yang semakin menambah kenikmatan, nasi kucing
biasa menggunakan daun pisang sebagai pembungkusnya. Alami dan menambah kenikmatan saat menyantap!
Kopi Jos
Kuliner unik selanjutnya yakni kopi jos. Ini dia
kopi yang menggunakan bara panas saat membuatnya! Kopi panas, diberi bara? Apakah
rasanya menjadi aneh atau sepat?!
Kopi Jos |
Kopi jos merupakan kopi yang diseduh
dalam gelas yang diberi bara arang. Nah, suara bara arang yang masuk dalam
minuman kopi akan mengeluarkan bunyi, "Josss..." Dari situlah minuman
itu dinamakan.
Lantas,
apakah rasanya menjadi aneh dan sepat?
Ternyata tidak,
bahkan rasanya menjadi lebih nikmat. Kelebihan kopi jos adalah adalah kadar
kafein yang rendah karena telah dinetralisir oleh arang. Salah satu angkringan
yang paling tersohor kelezatan kopi jossnya adalah Angkringan Lik Man yang
berada di dekat Stasiun Tugu.
Dan
ternyata, menikmati kopi ini tidak hanya sekadar mencari sensasi. Kopi Joss diyakini
dapat menghilangkan gangguan ringan pada tubuh seperti perut kembung dan masuk
angin.
Peyek
Walang
Ini dia
kuliner yang, menurut saya, paling ekstrem. Kuliner ini berasal dari Gunung
Kidul, Yogyakarta, daerah yang tersohor akan keindahan pantai karang berpasir
putih.
Biasanya peyek
(rempeyek) dibuat dari tepung yang dilengkapi dengan kacang tanah, kedelai,
atau udang. Yang membuat rempeyek ini unik adalah karena menggunakan belalang sebagai pelengkap. Bagi yang tidak
biasa, mungkin akan geli atau jijik saat pertama menyantapnya. Padahal sebenarnya
peyek walang memiliki rasa gurih dan lezat, tak beda dengan rempeyek udang
maupun ikan.
*****
Nah itu dia
ulasan saya mengenai local taste Jogja yang unik dan kreatif. Rata-rata
kuliner Jogja memiliki penampilan sederhana dan
terbuat dari bahan yang juga sederhana. Yang membuat kuliner-kuliner tersebut
memiliki nilai jual adalah cara pengolahannya yang unik. Gebleg yang menjadi topik pembahasan
saya pada postingan sebelumnya pun juga merupakan salah satu kuliner yang unik
hingga dijadikan sebagai motif batik.
Siapa
sangka bahan-bahan yang sering dipandang sebelah mata seperti belalang, arang,
dan rempah dedaunan dapat diolah menjadi kuliner khas?
sumber foto: Internet
3 komentar:
Ah, gudeg, makanan yg sering dibeli Bapak waktu kecil dulu.
Jogja adalah kota tempat orangtua dan kakak2 saya pernah tinggali.
Jogja selalu memberi kenangan indah...
Ada rasa nostalgik ketika saya mengingat kota JOgja .. (soalnya sekarang kuliah di kota lain, hehe)
Posting Komentar
Tulis kritik, saran, ato komentar sesuka kamu^^