Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kedua.
Makanan biasa dijadikan sebagai ikon suatu daerah. Ketika berwisata, makanan tersebut akan dicari untuk dijadikan sebagai buah tangan. Namun, pernahkah menemui makanan tradisional yang melegenda hingga membudaya sebagai motif pakaian khas? Di daerah saya, ada. Kali ini saya akan membahas kudapan yang melegenda tersebut.
Makanan biasa dijadikan sebagai ikon suatu daerah. Ketika berwisata, makanan tersebut akan dicari untuk dijadikan sebagai buah tangan. Namun, pernahkah menemui makanan tradisional yang melegenda hingga membudaya sebagai motif pakaian khas? Di daerah saya, ada. Kali ini saya akan membahas kudapan yang melegenda tersebut.
Saat itu,
saya berada dalam perjalanan dari Stasiun Wates menuju rumah saya. Dalam kondisi
lelah seusai menempuh perjalanan panjang Jakarta—Jogja, adik saya yang masih SD
mengajak saya mengobrol.
“Mbak,
tahu tentang geblek renteng?”
“Geblek yang dideret-deretkan?” saya menjawab asal.
“Tahu
cerita asal muasal geblek renteng?”
Saya
menggeleng perlahan. Berbulan-bulan di perantauan membuat saya kurang update
mengenai perkembangan di daerah saya. Dan kemudian mengalirlah kisah geblek renteng dari bibir adik saya.
*****
Adalah
Kulon Progo
—kebupaten tempat tinggal saya, sebuah kabupaten kecil yang berada
di bagian barat wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta sendiri
terdiri dari empat kabupaten dan satu kotamadya. Memang, Kulon Progo hanyalah
sebuah kabupaten kecil yang namanya tidak setenar Kota Jogja, Kabupaten Sleman,
Bantul, maupun Gunung Kidul. Meski demikian, sebenarnya Kulon Progo menyimpan
sejuta pesona yang dapat diasah dan dikembangkan.
Ketika
ditanya, “apa makanan khas kabupaten Kulon Progo?”
Sontak,
semua orang akan menjawab growol. Makanan yang terbuat dari ketela tersebut
biasa dijadikan sebagai makanan pokok di
beberapa wilayah Kulon Progo. Growol sebagai makanan khas Kulon Progo juga telah
ditanamkan dalam pelajaran-pelajaran sosial sejak semasa SD.
Masih
teringat jelas di benak saya ketika guru memberi kami tebak-tebakan mengenai
makanan khas dan tempat wisata setiap kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Apa
makanan khas Gunung Kidul?
Gaplek
Makanan khas
bantul?
Geplak
Makanan
khas Kulon Progo?
Growol
Namun, selain growol Kulon Progo memiliki kudapan khas lain, yakni geblek. Camilan berasa gurih ini
terbuat dari tepung tapioka basah atau
singkong. Rasanya? Kenyal, gurih, dan dapat memanjakan lidah. Jujur, saya lebih
menyukai rasa geblek dibanding growol. Bahkan geblek menjadi salah satu
gorengan favorit saya.
Geblek |
Di dekat rumah saya, biasanya berupa tiga buah angka delapan yang berjajar. Bentuk dan warnanya yang sedemikian rupa membuat geblek menarik dan menggoda selera. Geblek akan terasa lebih nikmat jika disantap hangat-hangat, apalagi ketika cuaca dingin.
Di Kulon Progo, Geblek biasa dinikmati bersama tempe benguk yang juga merupakan makanan khas
setempat. Jika Geblek akan dijadikan oleh-oleh, biasanya dibeli dengan wujud
mentah dan dapat digoreng ketika akan
dinikmati. Tentu saja rasanya akan terasa nikmat jika dinikmati selagi hangat.
Geblek mentah dapat bertahan sekitar 4 hari. Dalam kurun waktu tersebut, geblek harus segera digoreng. Jika tidak, maka adonan Geblek akan menjadi keras dan
mengurangi kelezatannya setelah digoreng.
Tak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk dapat
menikmati gorengan gurih ini. Saya biasa membeli geblek di dekat rumah saya
seharga 500 per biji.
Kisah geblek renteng bermula ketika pemerintah Kulon Progo mengadakan lomba desain batik. Dalam
kompetisi tersebut, Ales Candra Wibawa, seorang siswa SMA N 1 Wates
mempersembahkan sebuah desain motif batik yang terinspirasi dari geblek.
Motig Geblek Renteng |
Meski
sebenarnya geblek bukan merupakan makanan elit, Candra berhasil mengkreasikan bentuk geblek menjadi desain batik yang
elegan. Motif batik karyanya itu dinamai Geblek Renteng. Candra menjadi
pemenang dan berhasil membawa pulang hadiah sebesar 15 juta rupiah.
Motif Geblek Renteng tersebut kemudian dinobatkan sebagai ikon batik Kulon Progo. Bahkan,
Hasto Wardoyo, Bupati Kulon Progo mewajibkan siswa sekolah dan PNS untuk
mengenakan pakaian batik dengan motif geblegkrenteng ini. Untuk melindungi hak
cipta Geblek Renteng, motif ini telah didaftarkan di Kemenhum dan HAM DIY sehingga memperoleh sertifikat HAKI.
Dan sejak saat itulah geblek renteng, yang asalnya dari geblek, menjadi ikon daerah saya :D
Dan sejak saat itulah geblek renteng, yang asalnya dari geblek, menjadi ikon daerah saya :D
Berangkat
dari kompetisi desain batik tersebut, pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah
berhasil menggiatkan potensi lokal Kulon Progo. Kini, geblek menjadi camilan
kenamaan Kulon Progo. Saat orang-orang berwisata ke Kulon Progo, pasti mereka
akan penasaran dengan geblek. Seperti apa sih bentuknya, sampai-sampai
dijadikan motif batik?
motif geblek renteng |
Tak hanya
pedagang geblek, para pengrajin batik pun turut menikmati peningkatan
penghasilan karena membludaknya order kain motif geblek renteng. Yang saya
kagumi, bupati Kulon Progo memutuskan bahwa batik yang beredar harus batik
tulis yang merupakan karya pengrajin batik lokal.
****
Mendengar
kisah adik, saya hanya berdecak kagum. Awalnya sih, adik saya hanya ingin
memamerkan motif batik barunya.
Ada rasa
haru dan bangga dengan kreasi siswa lokal. Saya sendiri pun tak menyangka,
berawal dari geblegkyang sederhana, dapat dijadikan motif batik yang
menggiatkan kerajinan batik lokal. J
1 komentar:
Kakak kelas saya itu mas Ales Candra :D hehehe
Posting Komentar
Tulis kritik, saran, ato komentar sesuka kamu^^