Tulisan
ini diikutkan pada 8 Minggu
Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketiga.
Ketika kita
terjebak masuk ke dunia yang salah, maka hilanglah segala passion, harapan,
impian, dan cita yang dulu pernah terukir dalam benak memori. Impian yang
dahulu telah disemat dan disulam dengan indah, terpaksa luluh lebur seiring
waktu. Ketika memasuki lorong-lorong dunia baru yang sungguh berbeda, tanpa
panutan, maka hilanglah sudah pribadi yang dulunya telah terbentuk tertempa
betahun-tahun.
Saya
mengalaminya. Tanpa sengaja, saya memasuki dunia baru. Namun, bukan dunia yang
saya impikan sejak kecil. Dunia ini sungguh berbeda, seolah berbalik memutar
180 derajat.
Saya selalu
ingin menjadi seorang peneliti, seorang ilmuan yang berkecimpung di dunia
sains. Namun ternyata jalan takdir saya berbeda. Saya diterima di sebuah
perguruan tinggi kedinasan yang cukup ternama di Indonesia, STAN atau Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara. Namun sayang, kampus yang tersohor tersebut bergerak
bukan dalam bidang yang saya impikan.
Dan
menguaplah semua impian yang dulu pernah saya lukis. Seolah kehilangan
pegangan, saya menjadi seorang yang mengikuti arus: terombang ambing ke sana ke
mari tanpa benar-benar mengerti apa yang akan dilakukan di masa yang akan
datang.
Untunglah,
ada sesosok wanita yang sangat menginspirasi saya. Sosoknya yang bijak dan
cerdas mampu menghadirkan kembali impian-impian yang meluntur tergerus keadaan.
Dulu, ia sangat dekat dengan kampus tempat saya berada. Beberapa kali ia hadir
di acara kampus dan menjadi motivator sekaligus inspirator. Beberapa kali juga
wajahnya menghiasi sampul depan tabloid kampus. Beruntunglah wisudawan yang
prosesi wisudanya sempat dihadiri beliau.
Ia adalah
Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan Indonesia sebelum berpindah tugas ke World Bank
dan digantikan oleh Agus Martowardoyo.
Sri Mulyani
Indrawati, wanita kelahiran Lampung, 26 Agustus 1962, adalah seorang
ekonomis ternama di Indonesia. Di tahun yang sama dengan masuknya saya ke STAN,
ia menjadi Direktur Pelaksana di World Bank dan resign dari jabatannya sebagai
Menteri Keuangan. Ia bukan hanya wanita pertama yang menjadi direktur pelaksana
di World Bank, tapi juga merupakan orang Indonesia pertama. Dan jadilah saya
hanya mendengar kehebatan dan kebijakan beliau, tanpa pernah bertatap muka
secara langsung.
Sri Mulyani
adalah menteri wanita yang terkenal dengan pemikirannya yang reformis. Ia
melakukan berbagai reformasi di bidang keuangan, salah satunya dengan
mencetuskan undang-undang keuangan negara. Selain itu, menurut penuturan salah
satu dosen saya, beliau juga lah yang mencetuskan sistem rapot aset pemerintah
Indonesia yang selama ini tidak tercatat dan amburadul pengelolaannya.
Pada tahun
2006 Sri Mulyani dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik di Asia oleh
Emerging Markets. Selain itu, pada tahun 2008 ia juga dinobatkan sebagai wanita
paling berpengaruh ke-23 di dunia menurut versi Majalah Forbes dan wanita
paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia (2007). Meskipun
ia seorang wanita, prestasi, kinerja, dan kecermerlangan Sri Mulyani tak kalah
dari cendekiawan-cendekiawan, yang mayoritas didominasi kaum pria. Ia juga
dikenal sebagai sosok yang teguh dalam menjaga integritasnya.
Dan yang
paling penting, prestasi beliau lah yang menginspirasi saya. Saya ingin
menjadid sosok wanita yang cerdas, tegas, dan berintegritas seperti dirinya.
Berkat beliau, saya memiliki satu pijakan lagi untuk terus bertahan dan
berjuang dikampus ini. Dan puji syukur, hingga saat ini saya masih bisa
bertahan di kampus ini dengan indeks prestasi yang cukup memuaskan.
Mungkin
Kartini tidak hanya Kartini seorang. Ada banyak Kartini-Kartini lain di
Indonesia. Mereka adalah sosok-sosok wanita yang menjadi pelopor di bidangnya,
apa pun bidang yang digeluti. Pendidikan, kebudayaan, pariwisata, kedokteran,
ilmu pengetahuan, apapun. Pun Sri Mulyani, ia juga seorang Kartini.
Tak perlu
lah meributkan siapa wanita yang berhak mendapat gelar emansipasi. Cut Nyak
Dhien, Malahayati, Dewi Sartika, RA Kartini. Tak perlu lah mempersoalkan siapa
diantara mereka yang palingbanyak berkontribusi untuk negeri ini. Mereka
berjuang sesuai dengan kesempatan yang diberikan takdir. Ketika takdir
memberikan kesempatan pada Cut Nyak Dhien untuk tegus gigih berperang melawan
Belanda, maka ia berperang dengan segenap jiwa raganya. Ketika takdir tidak
memberi kesempatan pada Kartini untuk berperang, maka ia memberikan sumbangsih
berupa terbukanyapintu pendidikan bagi kaum wanita.
Tak perlu
lah mempermasalahkan siapa yang berhak mendaat gelar tokoh emansipasi. Mereka
adalah pejuang bangsa, yang sama-sama berjuanguntuk memberikan kontribusi bagi
bangsanya. Sekarang waktunya bagi saya, Anda, dan kita semua....
0 komentar:
Posting Komentar
Tulis kritik, saran, ato komentar sesuka kamu^^