“Fa... Ngala kersen yuu...”**
Seruan-seruan itu masih jelas terngiang di benak saya. Ya, meski
belasan tahun telah berlalu sejak masa itu, kenangan manis semasa kecil di Kota Cimahi tak akan pernah pudar dari benak ini. Kenangan tentang masa itu adalah kenangan
yang terasa gegap gempita meski saat itu belum ada penerangan kota yang besarnya ribuan megawatt. Bukan fasilitas modern yang membuat
kenangan masa kecil itu terasa sangat gemerlap, namun keceriaan kala bermain
bersama kawan-kawan.
Dulu, masih banyak tanah lapang di Kota Cimahi. Kami biasa menggunakan
tanah lapang itu untuk bermain apa saja. Bermain lompat tali, bermain galah,
kelereng, mencari simeut alias belalang, masak-masakan, atau bermain cublek-cublek
suweng. Tentu saja, yang paling seru adalah mencari simeut dan kemudian mengadunya. Saya
dan teman-teman akan bersorak menyoraki simeut yang dijagokan. Puas bermain,
jika rasa lapar menggigit perut, kami pun berlarian memburu Amang-amang penjual
jajanan khas sunda. Mulai cimol, cilok,
basreng, cireng, ataupun siomay bisa kami babat habis semua.
Sayang, seiring perkembangan Kota Cimahi, semakin sedikit tanah
lapang yang dapat digunakan oleh anak-anak untuk bermain. Tanah-tanah lapang itu
telah berubah menjadi swalayan atau komplek perumahan. Di satu sisi, KotaCimahi semakin berkembang dan maju. Namun, di sisi lain, anak-anak
Cimahi kehilangan lahan bermainnya.
"Sang Simeut" sumber foto: http://su.wikipedia.org/wiki/Simeut |
Kini, lapangan hijau temat kami bermain— yang juga menjadi rumah
tinggal simeut—semakin berkurang. Pun simeut yang dulu biasa kami adu. Kemana
mereka pergi? Ah, rupanya karena ruang hidup mereka semakin menipis mereka memutuskan untuk pergi entah kemana. Bukan
tidak mungkin, kelak anak cucu tak lagi mengenal simeut.
****
Kota Cimahi memang tak setenar Kota Bandung. Sering teman-teman kuliah
saya yang berasal dari bermacam-macam daerah di seluruh Indonesia mengerutkan
dahi ketika saya menyebut Cimahi sebagai daerah asal. Beberapa dari mereka tidak tahu
tentang Cimahi. Namun ketika saya menyebut Bandung, barulah mereka mengerti. Yah, meski
begitu saya tetap bangga menyebut Cimahi sebaga daerah asal.
"Logo Kota Cimahi" sumber: cimahikota.go.id |
Tahukah, dulu Cimahi adalah bagian Bandung? Ya, baru pada tahun 2001
Cimahi berpisah dari Bandung dan menjadi suatu kota sendiri. Kota Cimahi pun tak
sebesar kota Bandung yang terdiri dari belasan kecamatan. Cimahi hanya terdiri
dari tiga kecamatan yakni Cimahi Utara, Cimahi Tengah, dan Cimahi Selatan.
Kegiatan penduduk berpusat di Cimahi Selatan dan tengah, itulah mengapa wilayah
tersebut lebih ramai. Wilayah Cimahi
sendiri didominasi oleh dataran tinggi, semakin ke utara semakin tinggi. Karena
didominasi oleh dataran tinggi itulah udara di Cimahi relatif lebih sejuk dan
segar.
Mayoritas penduduk Kota Cimahi adalah orang Sunda, sama seperti penduduk
Bandung. Wajar jika bahasa Sunda menjadi bahasa pergaulan di Cimahi. Hanya sebagian
kecil penduduk Cimahi yang berasal dari Jawa dan Sumatera. Profesi masyarakat
Cimahi pun bermacam-macam, PNS,
pedagang, guru, petani, pegawai pabrik, dll.
Keramahan masyarakat Kota Cimahi? Tentu tidak diragukan lagi. Masyarakat
Cimahi sama seperti kebanyakan masyarakat Sunda yang memiliki karakter ramah,
sopan, suka menyapa, dan baik hati. Coba saja berkungjung ke desa-desa di
wilayah Cimahi, pasti akan tersedia beraneka ragam suguhan. Pulang pun
dipastikan dalam keadaan kenyang. Bahkan, terkadang masih ada buah tangan dari
si tuan rumah untuk dibawa pulang. Waaah :D
Daya Pikat Kota Cimahi
Kota Cimahi juga biasa disebut kota tentara. Mengapa? Karena banyak
sekali tempat berlabel tentara di wilayah Cimahi. Mulai dari asrama tentara,
kantor, hingga tempat latihan tentara. Sedang di daerah selatan terdapat banyak
pabrik tekstil. Industri-industri tekstil inilah yang turut berpastisipasi
dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Selain industri tekstil, diCimahi juga terdapat banyak home industry seperti konveksi baju, sepatu, dan kuliner.
Untuk lokasi wisata, Cimahi juga mempunyai lokasi-lokasi wisata alam
yang aduhai. Lokasi wisata tersebut terutama berada di daerah tengah sampai
utara. Tempat wisata terkenal di Cimahi antara lain Situ (Danau) Ciburuy, Curug
Cimahi, kebun stroberi, dan taman kupu-kupu. Selain itu, juga terdapat banyak lokasi
outbond asik. Muai dari yang murah seperti CIC (Ciwangun Indah Camp) sampai yang
agak menguras kantong seperti “Kampung Gajah”.
Kota Cimahi dari Masa ke Masa
Menurut saya, kini Kota Cimahi adalah sebuah kota dengan tata kota yang
asri dan rapi. Meski termasuk wilayah kota, selalu ada pepohonan yang berjajar
di tepi jalan. Selain itu, tak ada pemukiman penduduk yang kumuh. Pemerintah
menyediakan rumah susun untuk agar
jangan sampai ada pemukiman kumuh akibat ledakan jumlah penduduk.
Sarana transportasi di Kota Cimahi pun cukup lengkap. Angkot dan bus biasa
digunakan sebagai sarana transportasi jarak dekat. Sedangkan untuk transportasi
jarak jauh atau keluar kota, terdapat sarana transportasi bus dan
kereta. Untuk daerah yang belum terjangkau angkot, masyarakatnya biasa
menggunakan kendaraan pribadi atau delman.
Sarana pendidikan Kota Cimahi pun tak perlu dipertanyakan lagi.
Sekolah-sekolah dengan kualitas yang bagus tersebar di seluruh wilayah Cimahi,
mulai dari pendidikan untuk anak usia dini, SD, SMP, SMA, hingga perguruan
tinggi seperti Universitas Jenderal Ahmad Yani (Unjani).
Secara umum, kini sarana prasarana di Cimahi cukup lengkap.
Jalan-jalannya dalam kondisi yang baik, ada pasar yang tersebar merata di semua
daerah, dan tersedia sarana transportasi yang lengkap sehingga dapat menjangkau
seluruh wilayah.
Salah satu hunian yang akan dibangun di Kota Cimahi sumber foto: rumahdijual.com |
Kota Cimahi telah berkembang dari masa ke masa. Swalayan, pusat
perbelanjaan, dan gedung-gedung yang dibangun megah menjadi saksi sejarah akan
perkembangan Kota Cimahi. Namun perkembangan tersebut juga membutuhkan
pengorbanan, salah satunya adalah lahan-lahan lapang berumput hijau yang dulu
biasa kami gunakan untuk bermain.
Hanya satu yang masih kurang, yakni taman
kota. Meski Kota Cimahi tergolong kota hijau, namun sampai saat ini masih jarang taman kota di Kota Cimahi. Yah, mungkin untuk tujuan efisiensi sehingga penggunaan lahan sehingga lahan di Kota Cimahi menjadi semakin padat dari hari
ke hari. Sungguh sayang. Padahal, selain sebagai penyejuk pandangan mata, taman kota
juga dapat berfungsi sebagai sarana penghijauan, juga paru-paru kota. Dan mungkin saja,
dengan adanya taman kota, para simeut tertarik untuk kembali.
Ya, Kota Cimahi telah berubah
menjadi daerah yang maju. Kota Cimahi pun masih tetap terlihat asri dengan
pepohonan yang ditanam di sepanjang tepian jalan. Tetapi, tetap saja
lahan-lahan bermain itu kini semakin berkurang. Ah, simeut, kemana engkau pergi?
Jika waktu dapat berputar mundur, ingin rasanya kembali ke masa-masa
itu. “Fa... Ameng yu, urang ngadu simeut!”
Keterangan:
*Main yuk, kita main belalang!
**Memetik kersen yuk.. (kersen adalah sejenis buah kecil, pohonnya
biasanya liar. Di daerah lain biasa disebut talok)
Nara sumber adalah Efa Khafifa Hidayat,
seorang kawan, gadis Sunda asli yang berasal dari Kota Cimahi.
Rumahnya menjadi tempat singgah saya ketika berpetualang di tanah Pasundan.
seorang kawan, gadis Sunda asli yang berasal dari Kota Cimahi.
Rumahnya menjadi tempat singgah saya ketika berpetualang di tanah Pasundan.
Tulisan ini disertakan dalam lomba blog yang diadakan oleh pemerintah kota Cimahi. Alhamdulillah masuk 10 besar :D ini dia link daftar 10 besar.
(walaupun nggak juara T_T)
0 komentar:
Posting Komentar
Tulis kritik, saran, ato komentar sesuka kamu^^