Sample Text

Life is like a ferris wheel. Sometimes growin up to the sky, sometimes fallin to the ground. But no matter what happened, its always interesting to be enjoyed. Because life is never ending adventure

Selasa, 15 Desember 2009

MEMBUDAYAKAN BATIK MELALUI TOKOH SENTRAL MASYARAKAT

Selasa, 15 Desember 2009
Batik, Cerminan Indonesia yang Mulai Terabaikan.

Karakter dan jiwa suatu bangsa tercemin dalam budayanya, begitu juga dengan Indonesia. Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bangsa Indonesia yang terkenal akan ramah tamahnya, dan bangsa Indonesia yang terkenal dengan kesuburan alamnya. Semua itu tercermin dalam suatu kesenian tradisional yang diwariskan secara turun temurun sejak berabad-abad tahun yang lalu, batik.

Pluralisme atau keragaman bangsa Indonesia tercermin dalam keanekaragaman jenis batik. Setiap daerah memiliki batik yang khas dan pasti berbeda dari batik daerah lain. Batik Yogyakarta yang terkenal dengan motif geometrisnya, batik Solo dengan coraknya yang tradisionil, ataupun batik Cirebon dengan motif Megamendung-nya. Kesuburan tanah Indonesia juga tertuang dalam motif-motif batik yang penuh dengan indahnya alam Indonesia.

Batik adalah sebuah kesenian yang mencerminkan “Indonesia sesungguhnya”. Ironisnya, banyak orang Indonesia yang tidak acuh, bahkan merasa gengsi mengenakan batik. Tengok saja mall-mall dan pusat perbelanjaan besar. Mayoritas produk pakaian yang ada di dalamnya adalah pakaian import yang model dan kualitasnya dianggap “lebih tinggi” daripada batik Indonesia. Sungguh ironi melihat batik yang merupakan budaya sendiri malah “terindas” oleh produk-produk import buatan luar negeri. Sungguh menyakitkan melihat anak bangsa lebih percaya diri mengenakan pakaian buatan luar negeri daripada mengenakan batik Indonesia. Bagaimanakan nasib batik bila bukan kita, orang-orang Indonesia yang melestarikannya? Kalau bukan kita, siapa lagi?

Membudayakan Batik Melalui Tokoh sentral Masyarakat

Kepedulian yang besar terhadap batik hanya muncul sesaat, yaitu ketika batik diklaim sebagai budaya Malaysia. Ribuan, ratusan ribu, atau bahkan jutaan rakyat Indonesia naik darah melihat ulah Malaysia itu. Mereka mengecam Malaysia dalam forum-forum dan menyatakan bahwa Malaysia adalah pencuri budaya. Pemerintah pun seakan kebakaran jenggot dan akhirnya mematenkan batik sebagai salah satu budaya Indonesia. Bahkan pemerintah pun menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.

Tapi lagi-lagi antusiasme yang muncul hanya sesaat. Ketika Hari Batik telah berlalu, batik pun berlalu. Beberapa bulan setelah hari batik, orang-orang mulai meninggalkan batik. Mereka yang sebelumnya bangga mengenakan batik, mulai melepas batiknya dan menggantinya dengan pakaian kebanggaan yang semula. Batik seolah hanya menjadi trend sesaat. Seharunya batik menjadi pakaian kebesaran dan pakaian kebanggaa bagi setiap orang, setiap saat, dan setiap waktu.

Bagaimanakah cara efektif untuk melestarikan batik?

Cara efektif untuk melestarikan dan “membudayakan” batik di seluruh kalangan masyarakat Indonesia adalah melalui teladan dari tokoh sentral masyarakat. Mengapa kita memilih tokoh sentral masyarakat sebagai tonggak untuk membudayakan batik? Karena tokoh sentral masyarakat adalah tokoh-tokoh yang dikagumi, dipuja, diidolakan, dan cendenrung ditiru oleh masyarakat. Tokoh sentral masyarakat yang popularitasnya menyeluruh di kalangan masyarakat luas adalah artist.

Artist adalah seorang pemeran seni akting di layar kaca televise. Setiap penampilannya disaksikan berjuta-juta umat Indonesia. Dari Sabang hingga Merauke, mulai dari anak-anak sampai orang tua, tidak ada yang merasa asing dengan televisi. Pantaslah jika seorang artist atau seorang selebriti selalu menjadi sorotan dan sentral masyarakat. Bayangkan jika para artist Indonesia mengenakan batik saat memaikan sebuah seni peran, bayangkan jika para artist memakai batik dalam setiap iklan yang ia bintangi, atau bayangkan jika seorang pembaca berita memakai batik saat membacakan jurnal terbaru.

Ribuan masyarakat Indonesia akan terkesima, takjub, dan menjadi tertarik untuk mengenakan batik. Bagaimana tidak, saat kita melihat seseorang yang kita idolakan, kita akan cenderung untuk mengimitasi segala hal dari prang tersebut. Mulai dari pakaian sampai gaya rambut. Jadi, jika sang idola mengenakan batik, kita pun pasti tertarik mengenakan batik.

Membudayakan batik di kalangan masyarakat Indonesia melalau teladan atau contoh dari tokoh sentral masyarakat sangat tepat dilakukan karena pengaruhnya akan meluas secara signifikan. Namun selain itu, kita juga harus lebih meningkatkan kualitas batik dalam negeri agar tidak kalah dengan pakaian import.
Mari kita lestarikan budaya Indonesia!

5 komentar:

TAHUSUSUR mengatakan...

batik emang "dulu" dilipakan karena terkesan KUNO, tapi ihatlah sekeliling kita, orang-orang tak malu bahkan bagga memakai batik.

dan selain itu batik membuat tokoku semakin laku dan banyak pelanggan mencari batik lho.. :-D


***

nah, kae rupaku nan nganggo batik :-) (gambar cowok sek bawah)

Anonim mengatakan...

oh, tahu susur bisa jualan toh..?

BOz, bozku tuh banyak bgt deh kayaknya. tiap orang kepanggil bozt.

emang, salah satu ide bagus ini.
lewat para figur.

mosok tahu susur rupane kaya ngono?
hohoho...

Muamaroh Husnantiya mengatakan...

@tahu: Bahkan sekarang bule pun ada yang pakai batik:D

Ngimpi kali ye kalo itu potomu:P

@Anisah:
Gak tau Boz.. Tanya ndiri aja^^
Wah, aku diduakan.. T.T Aku juga mau mendua ah...
Tahu susur yang sudah berevolusi boz..

Azzalea mengatakan...

awawaw... heh,,, do nggo batik wae



usul sragam ckula pake batik...

kaya SD. He3...

Azzalea mengatakan...

wehhhh, nulis2... Keep that

Posting Komentar

Tulis kritik, saran, ato komentar sesuka kamu^^